Hukuman edukatif


Hukuman Edukatif Bagi Siswa

Saya pribadi tidak setuju dengan tindakan hukuman fisik yang dilakukan guru terhadap siswa. Hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah tetap harus dilakukan. Bentuk hukuman yang diberikan berupa hukuman non-fisik. Hukuman yang diberikan harus bersifat mendidik dan membuat jera.

Berikut beberapa contoh hukuman non-fisik yang edukatif yang dapat diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah.

1) Terlambat masuk sekolah, tidak tepat jika diberi hukuman berupa cubitan. Siswa yang terlambat masuk sekolah sebaiknya diberi hukuman tidak boleh mengikuti satu sesi jam pelajaran. Siswa yang bersangkutan diminta belajar mandiri di perpustakaan sekolah. Jika siswa tersebut terlambat lagi maka dihukum untuk belajar mandiri selama 2 sesi jam pelajaran. Terlambat sampai 3x, maka diberi hukuman belajar mandiri selama 3 sesi jam pelajaran.

2) Rambut siswa gondrong, tidak tepat kalau hukumannya rambut dipotong oleh guru. Sebaiknya siswa tersebut diberitahu setelah pulang sekolah harus potong

3) Tidak mengerjakan tugas/PR, tidak tepat jika hukuman dalam bentuk dijemur di halaman sekolah. Hukuman dapat diberikan dalam bentuk siswa diwajibkan mengerjakan tugas tersebut di rumah dan sebanyak 2x lebih banyak. Jika tidak mengerjakan tugas/PR lagi, diberi hukuman mengerjakan sebanyak 3x.

4) Siswa berisik di dalam kelas pada jam pelajaran, hukumannya tidak perlu disuruh push up. Hukuman yang tepat adalah siswa yang bersangkutan diminta duduk di kursi guru. Jika yang berisik 2 siswa atau lebih, mereka diminta duduk di bangku paling depan.

5) Pakaian siswa tidak rapi kemudian dijewer tentu tidak tepat sebagai bentuk hukuman. Bagi siswa yang berpakaian tidak rapi, diminta untuk merapikan saja. Jika masih berulang, siswa tersebut diminta merapikan lagi dan dilaksanakan di depan kelas.

Pertanyaannya adalah bagaimana jika siswa sudah diberi hukuman seperti diatas, tetap melanggar peraturan atau tata tertib sekolah? Solusinya sekolah harus melibatkan orang tua/wali siswa yang bersangkutan. Dalam kasus potong rambut misalnya, orang tua/wali siswa diberi tahu lewat surat diberitahu bahwa anaknya harus potong rambut agar lebih rapi. Jika belum potong rambut, anak yang bersangkutan tidak diperkenankan masuk sekolah.

Pemberian hukuman siswa harus didampingi dengan pembimbingan dan konsultasi agar dapat dicari penyebab atau akar masalah mengapa siswa tidak terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas/PR, berambut gondrong, berisik di dalam kelas, dan berpakaian tidak rapi. Jika diperlukan dalam pembimbingan dan konsultasi oleh guru BP atau wali kelas tersebut melibatkan orang tuas/wali siswa agar didapatkan solusi yang tepat. Sebagai penutup, surat pernyataan yang ditandatangani oleh siswa dan orang tua/wali siswa untuk mentaati peraturan atau tata tertib sekolah beserta sanksinya tetap diperlukan agar dapat menjadi pegangan pihak siswa, orang tua/wali siswa, dan sekolah.

Tidak ada komentar: